Gak usah dikasih tagline deh. Yang jelas filmnya Gak Asik! Titik.
Saya nonton film ini sebenarnya untuk membunuh waktu saja. Berawal dari dosen yang menghilang dari urusan kuliah, saya dan teman saya kabur ke bioskop terdekat J.
Melihat sekuel pertamanya yang so so. Saya tidak berharap banyak dengan film ini. Saya harap sih dugaan saya masih bisa ditepis oleh Nicholas Cage yang dulu aktingnya sangat meyakinkan di film-film yang tentu saja tidak sekelas Ghost Rider. Tapi itu dulu sih. :p
Cerita masih berawal dengan plot klasik Ghost Rider. Yaitu perjanjian antara iblis dan manusia. Yang kali ini melakukan deathly deal antara manusia dan iblis ini adalah Nadya (Violante Placido) yang menyelamatkan dirinya sendiri ketika sekarat dengan imbalan.. ehm.. seorang anak. Yak, si iblis bernama Roarke (Ciaran Hinds) ini meminta imbalan seorang anak hasil hubungan perjanjian mereka sehingga jika si anak udah agak gede, dia bisa mentransfer jiwa iblis tuanya ke si anak. Oh oke!
Si anak a.k.a Danny sebenernya menurut saya tampil lumayan menyegarkan, seperti Dakota Gayo alias Max di Real Steel. Sayang nasibnya terjebak dalam film sekelas ini. Plot film mungkin sudah bisa tertebak. Johnny Blaze, the ghost rider terpaksa harus menyelamatkan si anak, setelah sebelumnya berdilema sesaat tentang keinginannya lepas dari jiwa iblis “the ghost rider”, tetapi keinginan menolong anak yang menang dong. Sedikit konflik, tentang peran antagonis yang tiba-tiba muncul dan ending dengan sedikit bumbu roman setelah capek menghajar si penjahat.
Seriously, disini mungkin saja Nicholas Cage mungkin saja bisa tampil agak bersahaja sebagai superhero keren dan macho dengan motor berapi-api (literally). Namun, setelah beberapa lama transformasi Johnny Blaze menjadi tengkorak dengan kepala terbakar jujur saja terlihat agak konyol, apalagi ditambah dengan lelucon si duo sutradara Mark Neveldine dan Brian Taylor dengan tengkorak berapi yang sedang buang air kecil itu makin menjatuhkan citra Johnny Blaze. Kalo boleh menambah daftar kehancuran citra Johnny Blaze, tentunya adalah ketika adegan bertransformasi menjadi Ghost Rider yang berteriak-teriak seperti orang tak waras yang jujur, konyol. Disini saya agak miris karena Nicholas Cage sebagai Ghost Rider yang seharusnya berkarakter superhero malah membuat saya tertawa miris bukannya berdecak kagum.
Terlepas dari pembentukan karakter yang payah, dan plot cerita yang tidak mengejutkan, ternyata sang duo sutradara cukup rajin dalam menyajikan visualisasi special effect, dan motion grafis yang terselip dalam filmnya. Yah tapi tentu saja ini bukan film transformer. Special effect tadi gak cukup bikin saya terjaga sepenuhnya menyaksikan “The Ghost Rider”. Dua kali ketiduran tanpa rencana sepanjang film kayaknya cukup yah menjelaskan film ini. J
No comments:
Post a Comment